Pengertian Singkat
Secara singkat dalam konteks keuangan, manajemen risiko merujuk pada langkah-langkah untuk mengenali, menilai, dan mengatur risiko yang terkandung dalam sebuah kumpulan investasi atau portofolio.

Fokus Utama
- Setiap investasi memiliki risiko khasnya, namun merancang rencana manajemen risiko dapat membantu mengenali dan mengurangi risiko tersebut.
- Alokasi aset yang kokoh seringkali direkomendasikan bagi para investor muda.
- Saat mendekati masa pensiun, disarankan bagi investor untuk secara bertahap beralih ke posisi yang lebih konservatif.
- Diversifikasi menjadi bagian krusial dari rencana manajemen risiko dan bisa dicapai dengan menginvestasikan dana pada reksa dana dan ETF.
Pengertian dan Contoh Manajemen Risiko
Manajemen risiko dalam investasi melibatkan proses mengenali risiko yang terkait dengan investasi dan menemukan strategi terbaik untuk mengurangi dampak risiko tersebut. Rencana manajemen risiko bertujuan untuk menjaga potensi kerugian agar tetap dalam batas yang dapat diterima berdasarkan tingkat toleransi risiko Anda.
Ada banyak bidang dalam kehidupan di mana prinsip manajemen risiko dapat diterapkan. Sebagai contoh, ketika Anda membeli asuransi untuk mobil Anda, itu sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari manajemen risiko. Tindakan tersebut membantu meminimalisir kerugian finansial jika terjadi kecelakaan.
Perusahaan asuransi menerapkan konsep manajemen risiko dengan cara menetapkan premi asuransi berdasarkan estimasi kemungkinan membayar klaim. Mereka juga mengasuransikan sejumlah besar orang sehingga mereka dapat memprediksi kerugian secara relatif. Di samping itu, setiap tertanggung umumnya ikut bertanggung jawab dalam mengelola risiko melalui konsep pembayaran bersama, coinurance, dan pengecualian, yang bergantung pada jenis polis yang dimiliki.
Catatan : Perlu dicatat bahwa risiko tidak selalu berarti hal yang merugikan. Mengambil risiko yang lebih besar seringkali juga berarti memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Baca Juga:
Apa Itu Certified Financial Risk Management?
Pentingnya Pengembangan Kemapuan Dan Sertifikasi Profesi Dalam Dunia Kerja
Bagaimana Cara Kerja Manajemen Risiko?
Investor memiliki beragam metode untuk mengelola risiko, tetapi pada banyak kesempatan, langkah-langkahnya serupa: melakukan analisis dan merencanakan strategi. Dua metode umum untuk mengevaluasi risiko dalam saham atau dana investasi adalah menggunakan beta dan alfa.
Beta
Nilai beta adalah metode efisien untuk segera menilai risiko suatu saham atau dana. Beta mengukur seberapa stabil atau fluktuatif suatu saham jika dibandingkan dengan pergerakan pasar saham secara keseluruhan, yang sering kali direpresentasikan oleh indeks seperti S&P 500. Saham dengan nilai beta setara 1,0 menunjukkan tingkat fluktuasi yang sebanding dengan pergerakan pasar saham. Apabila nilai beta kurang dari 1,0, artinya fluktuasinya lebih rendah daripada pasar. Sementara itu, nilai beta di atas 1,0 mengindikasikan tingkat fluktuasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasar. Sebagai contoh, saham dengan beta 1,1 mengartikan bahwa saham tersebut memiliki fluktuasi sekitar 10% lebih besar daripada pasar saham secara keseluruhan.
Catatan: Volatilitas mengukur seberapa besar perubahan harga terjadi pada suatu saham atau dana investasi. Hal ini mencerminkan kemungkinan mendapatkan keuntungan yang besar sekaligus risiko kerugian yang lebih tinggi.
Alfa
Alfa, berbeda dengan beta yang mengukur volatilitas, adalah ukuran kinerja yang disesuaikan dengan risiko. Alpha yang positif menandakan bahwa hasil investasi suatu aset telah melampaui tingkat risikonya, sementara alpha yang negatif menunjukkan bahwa hasil tersebut belum mencapai tingkat risiko yang diambil. Penggunaan alpha dan beta bersama-sama membantu mengevaluasi apakah suatu saham atau dana investasi layak dipertimbangkan.
Contohnya, jika suatu saham memiliki nilai beta sebesar 1,5 dan indeks S&P 500 mengalami kenaikan 20%, Anda mungkin mengharapkan hasil investasi sekitar 30% (20% x 1,5). Namun, jika hasil yang diperoleh hanya sebesar 25%, alpha saham tersebut adalah -5%. Dalam hal ini, hasil investasi tidak sebanding dengan risiko tambahan yang diambil.
Jenis Manajemen Risiko
Memahami beta dan alfa dapat membantu Anda mengukur risiko historis suatu aset, namun Anda perlu menerapkan strategi manajemen risiko yang melindungi dari potensi kerugian. Beberapa strategi yang paling populer adalah diversifikasi portofolio, beli dan tahan, dan jalur luncuran ekuitas.
Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi portofolio juga merupakan hal penting dalam mengelola risiko. Memiliki investasi yang tersebar membantu mengurangi risiko dari keterpautan pada satu perusahaan atau sektor tertentu. Misalnya, memfokuskan investasi pada satu perusahaan yang memiliki manajemen buruk atau terkena masalah hukum, bahkan jika sektor industri tersebut secara keseluruhan memiliki performa yang bagus, bisa berisiko. Berinvestasi dalam pasar saham secara umum dapat membantu mereduksi risiko tersebut. Salah satu cara cepat untuk melakukan diversifikasi adalah melalui investasi dalam reksa dana atau Exchange-Traded Fund (ETF).
Buy and Hold
Menerapkan strategi buy and hold juga dapat membantu mengurangi risiko seiring berjalannya waktu. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Fidelity terhadap 1,5 juta individu yang menyimpan investasi mereka di tempat kerja, mereka yang tetap menabung dan berinvestasi setelah terjadinya penurunan pasar saham sekitar 50% pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009 berhasil meningkatkan saldo rekening mereka sebesar 147% antara bulan Juni 2008 dan akhir tahun 2017. Sebaliknya, investasi dalam saham pada kuartal keempat tahun 2008 atau kuartal pertama tahun 2009 hanya menghasilkan pengembalian rata-rata sekitar 74% hingga akhir tahun 2017.
Strategi Jalur Luncur
Strategi jalur luncur dalam investasi saham merupakan metode populer dalam mengelola risiko yang terfokus pada fase kehidupan individu. Investor yang lebih muda seringkali dapat mengambil risiko yang lebih tinggi karena memiliki lebih banyak waktu untuk memulihkan nilai investasi dari potensi kerugian. Sebagai contoh, seseorang yang berusia 20-an atau 30-an mungkin akan memilih untuk melakukan investasi yang lebih agresif dengan menempatkan sebagian besar dana mereka pada saham. Namun, saat mendekati masa pensiun, kecenderungan tersebut berubah, di mana investor mulai mengalihkan dana dari saham ke investasi yang lebih aman seperti obligasi dan sertifikat deposito (CD) yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah.
Misalkan, pada usia 25 tahun, seseorang memulai investasi dengan alokasi 90% pada saham dan 10% pada obligasi. Namun, pada usia 50 tahun, proporsi investasi bisa berubah menjadi 70% saham dan 30% obligasi. Ketika mencapai usia 60 tahun, portofolio investasi mungkin terdiri dari 50% saham dan 50% obligasi serta CD, terutama jika seseorang berencana untuk segera memasuki masa pensiun.
Catatan: Peraturan dari Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) meminta manajer investasi reksa dana untuk menginformasikan risiko-risiko investasi yang terkandung dalam prospektus reksa dana.
Jenis-Jenis Risiko
Sebagai seorang profesional dalam bidang manajemen risiko, Anda dihadapkan pada beragam jenis risiko. Berikut adalah beberapa risiko investasi yang sering dijumpai beserta beberapa strategi yang dapat membantu menguranginya.
Risiko Bisnis
Ketika sebuah perusahaan menyatakan kebangkrutan, risiko bisnis muncul, mengakibatkan investor saham atau pemegang obligasi berpotensi kehilangan nilai investasi mereka saat likuidasi. Prioritas pembayaran kepada pemegang obligasi sebelum pemegang saham membuat risiko ini lebih tinggi bagi pemegang saham.
Strategi utama untuk mengurangi risiko bisnis adalah dengan melakukan diversifikasi. Sebagai pedoman, sebaiknya hindari mengalokasikan lebih dari 5% dari total portofolio investasi pada satu perusahaan.
Risiko Pasar
Risiko pasar muncul bahkan ketika Anda telah melakukan investasi pada berbagai perusahaan yang memiliki keadaan keuangan yang kuat, dimana risiko ini mengakibatkan potensi kerugian karena terjadinya penurunan nilai pasar saham secara keseluruhan. Sebagai contoh, terjadi penurunan sebesar 34% pada indeks S&P 500 dalam periode antara Februari 2020 dan Maret 2020 akibat dampak dari pandemi.
Risiko pasar umumnya bukan menjadi perhatian utama bagi investor yang masih muda dan memiliki waktu yang cukup untuk memulihkan nilai portofolio mereka. Namun, penurunan nilai yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dapat menjadi ancaman yang signifikan bagi investor yang mendekati masa pensiun. Penting untuk melakukan alokasi aset dengan cermat dan melakukan penyesuaian secara berkala guna mengurangi risiko dari fluktuasi pasar. Selain itu, berinvestasi pada saham dengan nilai beta kurang dari 1,0 juga bisa menjadi langkah untuk mengurangi risiko pasar.
Risiko Inflasi
Risiko inflasi terjadi ketika keuntungan yang Anda peroleh dari investasi tidak mampu menandingi laju inflasi. Akibatnya, nilai uang Anda akan tergerus dan daya belinya menurun. Hal ini menjadi perhatian utama bagi individu yang melakukan investasi pada aset-aset yang relatif lebih aman seperti obligasi dan sertifikat deposito (CD). Satu-satunya cara untuk mengurangi risiko inflasi adalah dengan melakukan investasi pada kelas aset yang memiliki risiko lebih tinggi seperti saham.
Catatan: Mengalokasikan investasi pada saham yang rutin mengalami kenaikan dividen dapat menjadi bentuk perlindungan terhadap dampak inflasi.
Apa Artinya Ini Semua Bagi Investor Individu
Tidak mungkin untuk sepenuhnya menghindari segala jenis risiko, namun memiliki rencana manajemen risiko yang solid dapat membantu mengurangi potensi kerugian. Seorang investor perorangan sebaiknya memiliki pandangan jangka panjang dalam merancang strategi manajemen risiko.
Bagi individu yang lebih muda, memulai dengan posisi agresif dan secara perlahan beralih ke investasi yang lebih konservatif seiring waktu bisa menjadi pilihan dalam mengelola risiko. Diversifikasi juga menjadi kunci utama dalam manajemen risiko. Strategi manajemen risiko Anda akan berubah sejalan dengan usia dan tujuan finansial Anda. Oleh karena itu, penting untuk secara berkala meninjau tingkat risiko dalam portofolio Anda serta apakah risiko tersebut sesuai dengan situasi Anda.
Pembahasan di atas mengingatkan para profesional yang bekerja di bidang manajemen risiko keuangan bahwa manajemen risiko merupakan aspek krusial dalam mengelola investasi klien atau Perusahaan tempat anda bekerja. Meskipun tidak ada cara untuk sepenuhnya menghindari risiko, memiliki rencana manajemen risiko yang kokoh dapat membantu mengurangi potensi kerugian.
Sebagai seorang yang bekerja di bidang manajemen risiko keuangan, Anda dituntut untuk memiliki pemahaman yang kuat akan risiko-risiko yang mungkin terjadi. Salah satu langkah praktis untuk terlibat lebih jauh dalam pengelolaan risiko keuangan adalah dengan mengikuti program Pelatihan dan Sertifikasi CFRM (Certified Financial Risk Management). Program ini akan memberikan pengetahuan yang mendalam mengenai manajemen risiko finansial yang diperlukan untuk mengelola portofolio investasi dengan lebih cerdas.
Jangan lewatkan kesempatan untuk memperluas pengetahuan Anda dan meningkatkan keterampilan dalam mengelola risiko finansial dengan mengakses kursus Pelatihan dan Sertifikasi Certified Financial Risk Management di sini. Dapatkan akses yang memadai untuk memahami risiko-risiko investasi yang umum, dan pelajari strategi yang efektif dalam mengurangi potensi kerugian serta meningkatkan kinerja investasi Anda. Semoga program ini memberikan wawasan baru dan memberdayakan Anda dalam menghadapi tantangan manajemen risiko di dunia keuangan.